Thursday, October 28, 2010

Pengorbanan Mbah Maridjan, sebuah kontradiksi terhadap perilaku dan mentalitas pejabat negara

Masih melekat dalam hati kita, seorang sosok pemberani dan tulus dalam menjalankan tugas yang diembannya, Mbah Maridjan. Beliau merupakan sosok yang dapat manjadi panutan, bukan karena jabatannya, bukan karena kekayaannya, namun karena pribadi dan ketulusan hatinya. Namun kini beliau telah tiada, meninggalkan kenangan indah yang dibalut dengan goretan tinta emas.

Dalam posting kali ini saya tidak akan membahas mengenai musibah meletusnya gunung Merapi yang telah merenggut banyak korban jiwa, termasuk Mbah Maridjan, namun saya akan sedikit membahas mengenai betapa pentingya orang seperti Mbah Maridjan di Indonesia. 

Dalam beberapa berita baik di media cetak dan media elektronik, Mbah Maridjan sering disebut sebagai The Last Man Standing. Mengapa orang seperti Mbah Maridjan mendapatkan julukan tersebut, tentu saja bukan karena ada kepentingan di pihak media, tapi karena Mbah Maridjan layak mendapatkan julukan tersebut. Orang yang berani menghadapi segala bahaya yang ada, bahkan ketika nyawanya terancam, hal ini tidak dapat terjadi jika Mbah Maridjan tidak memiliki keteguhan hati dan pengorbanan terhadap tanggung jawab yang diemban.

Secara naluri, setiap manusia akan menghindari bahaya, namun apa yang dilakukan oleh Mbah Maridjan bukanlah sesuatu yang menyimpang, namun merupakan suatu bentuk pelaksanaan tanggung jawab dan tentu saja keyakinan yang begitu dalam kepada Tuhan Yang Masa Kuasa. 

Ada beberapa hal yang menarik...

Ketika orang-orang seperti Mbah Maridjan mempertaruhkan nyawa demi pemenuhan tanggung jawab, para orang-orang yang ingin disebut sebagai wakil rakyat justru berbuat sebaliknya, sembunyi di balik tanggung jawab untuk mengeruk keuangan negara demi kepentingan pribadi dan kelompoknya. Ketika banyak orang menderita, sekelompok kecil orang-orang berdasi  yang katanya "TERHORMAT' tersebut justru melancong ke negeri orang dengan alasan belajar. Berarti memang para orang berdasi yang ada di barisan "TERHORMAT" tersebut adalah kumpulan orang-orang BODOH alias ORA NGUTEK BABAR PLOTAS yang kerjanya hanya belajar dan terus belajar dengan menghamburkan banyak uang tanpa mengerti apa yang sebenarnya mereka pelajari. Ada yang beralasan ingin mempejalari tentang etika, aneh, berarti terbukti kalau selama ini mereka tidak memiliki etika. Bahkan, orang nomor satu di negeri ini, SBY,  sedang sibuk "MEMPROMOSIKAN" lagu-lagu ciptaan nya ke negara lain, mungkin karena respon masyarakat Indonesia terhadap lagu-lagu ciptaannya kurang bagus. 

Andaikan orang-orang yang menjadi pemimpin di negeri ini memiliki ketulusan seperti Mbah Maridjan, situasi akan lebih baik, dan tidak akan terjadi rencana penggulingan presiden.

Selamat jalan Mbah Maridjan, 
Terima kasih atas pelajaran yang engkau berikan selama ini,

1 comment:

blog fauzan azima said...

saya setuju dengan anda.... banyak hari ini bencana di negara kita. tapi, banyak juga pejabat yang menghabiskan uang rakyat, dengan alasan ingin menambah wawasan. tapio sebenarnya ingin raun gratis k luar negeri...